Salah satu langkah kecil, tapi membawa dampak besar untuk mencapai tujuan itu adalah membiasakan sarapan sebelum berangkat sekolah.
Sarapan yang bernutrisi menjadi penting untuk ‘bahan bakar’ anak menyerap segala informasi dan pengetahuan di sekolah.
Kalau anak berangkat dalam keadaan perut kosong alias tidak sarapan, akan menganggu proses tersebut.
Alih-alih berprestasi, bisa jadi anak malah ada gangguan seperti mengantuk, sukar menyerap pelajaran dan rewel.
Dr dr Inge Permadhi MS SpGK mengatakan, setiap orangtua harus membiasakan anaknya sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Ia memberikan narasi, anak yang perutnya kosong sejak semalam, tapi ‘dipaksa’ menyerap pelajaran yang juga butuh ‘bahan bakar’.
Tentu hasilnya akan berbeda dengan anak yang sarapan.
“Sarapan harus, karena semalaman tidur, pastinya tidak ada makanan yang masuk."
"Biasanya makanan terakhir jam 7 malam."
Dr dr Inge Permadhi MS SpGK mengatakan, setiap orangtua harus membiasakan anaknya sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Ia memberikan narasi, anak yang perutnya kosong sejak semalam, tapi ‘dipaksa’ menyerap pelajaran yang juga butuh ‘bahan bakar’.
Tentu hasilnya akan berbeda dengan anak yang sarapan.
“Sarapan harus, karena semalaman tidur, pastinya tidak ada makanan yang masuk."
"Biasanya makanan terakhir jam 7 malam."
"Kalau mereka masih minum susu jam 9 malam
atau ada yang tidak. Berarti perut kosong bisa antara 5-7 jam, “ kata
Dokter Inge yang dihubungi Warta Kota, Jumat (12/7/2019).
Terlalu lama perut kosong akan menurunkan gula darah.
Terlalu lama perut kosong akan menurunkan gula darah.
Apalagi anak baru mulai mengisi perutnya saat Istirahat, ada snacking sekitar pukul 09.00.
Kondisi perut kosong bukan kondisi yang baik bagi anak untuk menyerap pelajaran.
Bahkan, anak benar-benar terisi ketika jam istirahat kedua pukul 12 siang saat bisa makan utama.
Bisa dibayangkan kondisi anak selama belajar.
“Anak-anak yang tidak sarapan, bagaikana ke sekolah tanpa amunisi. Menyerap pelajaran jadi kurang optimal. Jam 08.00 sudah banyak yang menguap,” kata Prof Ali Khomsan dalam suatu kesempatan.
Padahal kebiasaan sarapan bernutrisi sangat berhubungan dengan kecerdasan.
Hal ini terungkap dalam penelitian Widyanti & Sidiartha 2013 yang mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki kebiasaan mengonsumsi sarapan bergizi seimbang memiliki nilai akademis 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak sarapan.
Sayangnya, yang punya kebiasaan sarapan hanya 40-50 persen.
Bahkan, anak benar-benar terisi ketika jam istirahat kedua pukul 12 siang saat bisa makan utama.
Bisa dibayangkan kondisi anak selama belajar.
“Anak-anak yang tidak sarapan, bagaikana ke sekolah tanpa amunisi. Menyerap pelajaran jadi kurang optimal. Jam 08.00 sudah banyak yang menguap,” kata Prof Ali Khomsan dalam suatu kesempatan.
Padahal kebiasaan sarapan bernutrisi sangat berhubungan dengan kecerdasan.
Hal ini terungkap dalam penelitian Widyanti & Sidiartha 2013 yang mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki kebiasaan mengonsumsi sarapan bergizi seimbang memiliki nilai akademis 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak sarapan.
Sayangnya, yang punya kebiasaan sarapan hanya 40-50 persen.
Selebihnya hanya makan 2x dalam sehari, dan sarapan jadi waktu sarapan yang dilewatkan.
Dari penelitian tersebut juga terungkap
anak-anak di desa lebih banyak yang tidak sarapan ketimbang anak-anak
yang tinggal di kota.
Bahkan yang sarapan pun terkesan sekedar kenyang.
Bahkan yang sarapan pun terkesan sekedar kenyang.
Tidak memenuhi nutrisi agar tumbuh kembangnya optimal serta dapat menangkap pelajaran dengan baik.
Dari yang sarapan, hanya 10,6 persen yang telah memenuhi kebutuhan energi lebih dari 30 persen.
“Jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan terbanyak berupa karbohidrat,” ujar Prof Ali.
Coba tebak menu sarapan yang seringkali dikonsumsi, nasi uduk dengan lauk bakwan, dan kerupuk ditambah mie bihun.
Itu semua berbahan karbohidrat.
Pilihan menu lainnya mie goreng atau mie instan dan sereal.
Prof Ali menyarankan agar orangtua menyiapkan sarapan sama lengkapnya seperti makan siang dan makan malam.
Dari yang sarapan, hanya 10,6 persen yang telah memenuhi kebutuhan energi lebih dari 30 persen.
“Jenis makanan yang dikonsumsi saat sarapan terbanyak berupa karbohidrat,” ujar Prof Ali.
Coba tebak menu sarapan yang seringkali dikonsumsi, nasi uduk dengan lauk bakwan, dan kerupuk ditambah mie bihun.
Itu semua berbahan karbohidrat.
Pilihan menu lainnya mie goreng atau mie instan dan sereal.
Prof Ali menyarankan agar orangtua menyiapkan sarapan sama lengkapnya seperti makan siang dan makan malam.
Selain karbohidrat juga ada protein, lemak,
mineral dan vitamin. Protein dan lemak bisa dari bahan makanan hewani
seperti ikan, telur, ayam, dan daging.
Sementara, vitamin dan mineral didapat dari sayuran dan buah.
Ia memberikan contoh ketika dalam keadaan terburu-buru, anak-anak disajikan sarapan sereal, sebaiknnya ditambahkan juga susu, kacang, serta buah misalnya pisang dan alpukat.
Sementara, vitamin dan mineral didapat dari sayuran dan buah.
Ia memberikan contoh ketika dalam keadaan terburu-buru, anak-anak disajikan sarapan sereal, sebaiknnya ditambahkan juga susu, kacang, serta buah misalnya pisang dan alpukat.
Sehingga, dalam semangkuk sereal anak tetap
mendapatkan karbohidrat, protein (kacang) serta vitamin dan mineral dari
sayur dan buah.
Memulai Kebiasaan Sarapan
Lalu bagaimana memulai sarapan yang sehat?
Senior Director & General Manager Herbalife Nutrition Andam Dewi menyarankan agar bangun lebih pagi dari sebelumnya.
Menurutnya, membuat sarapan sehat diperlukan durasi waktu yang lebih. sarapan biasanya dikonsumsi 2-3 jam sesudah bangun pagi.
Untuk menyiapkan sarapan sehat, usahakan bangun lebih awal dari saat mengonsumsi sarapan tersebut.
Bila anak belum mau mengonsumsi makanan yang ‘berat’ permudah dengan memilih porsi kecil lebih dahulu.
Perlahan-lahan porsinya ditambah sampai ke porsi ideal atau cukup.
Untuk mendukung tumbuh kembang, protein sangat diperlukan anak.
Protein harus masuk dalam menu saat sarapan.
Sebutir telur misalnya sangat membantu untuk mengurangi kalori sepanjang hari.
Bisa Dicoba kan?
Memulai Kebiasaan Sarapan
Lalu bagaimana memulai sarapan yang sehat?
Senior Director & General Manager Herbalife Nutrition Andam Dewi menyarankan agar bangun lebih pagi dari sebelumnya.
Menurutnya, membuat sarapan sehat diperlukan durasi waktu yang lebih. sarapan biasanya dikonsumsi 2-3 jam sesudah bangun pagi.
Untuk menyiapkan sarapan sehat, usahakan bangun lebih awal dari saat mengonsumsi sarapan tersebut.
Bila anak belum mau mengonsumsi makanan yang ‘berat’ permudah dengan memilih porsi kecil lebih dahulu.
Perlahan-lahan porsinya ditambah sampai ke porsi ideal atau cukup.
Untuk mendukung tumbuh kembang, protein sangat diperlukan anak.
Protein harus masuk dalam menu saat sarapan.
Sebutir telur misalnya sangat membantu untuk mengurangi kalori sepanjang hari.
Bisa Dicoba kan?